cerita dewasa - PRAMUGARI na'as

Malam telah larut dimana jarum jam
menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi
menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak
beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-
Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut
lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga
menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang
menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-
kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai
30 kamar itu terasa sepi karena memang baru
saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa
kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
suasananya dikala siang atau malam cukup
lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras,
akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah
satu kamar dikost-kostan itu.
Seiring dengan turunnya air hujan, air mata
Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu
mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam
kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan
dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa
menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya
diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia
masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari
sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya
langsung diikat kebelakang dengan seutas tali,
mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu
tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas
tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak
meminta pertolongan kepada teman-temannya
akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi
mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi
meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya
sesama karyawan.
Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari
pada sebuah penerbangan swasta, usianya
baru menginjak 19 tahun, wajahnya cantik
imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing
proporsional. Dengan dianugerahi penampilan
yang cantik ini sangat memudahkan baginya
untuk diterima bekerja sebagai seorang
pramugari. Demikian pula dengan karirnya
dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok
primadona di perusahaan penerbangan itu.
Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya,
baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja
atau kawan-kawan lainya. Namun karena
alasan masih ingin berkarir maka dengan
secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu
ditolaknya.
Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas
sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari
orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda
terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan
seorang temannya telah melakukan seuatu
perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk
dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka
telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul
adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang
menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul
bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan
baik karena kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya bekerja
atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia
adalah seorang tukang batu yang bekerja
dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang
berusia setengah abad lebih dan melebihi usia
ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala
cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah
dia bukan seseorang yang terdidik. Segala
tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung
kasar, karena memang dia hidup dilingkungan
orang-orang yang bertabiat kasar.
“Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya
kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya.
Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda
beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh
hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan
bidadari yang turun dari khayangan sehingga
selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun
berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang
ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak
berdaya untuk mewujudkan impiannya itu.
Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3
kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan
miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat
mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang
sangat menyakitkan hatinya terkait dengan
Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur
sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata
Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa
benci terhadap Dinda, penilaian
terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah
berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex
terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya
tumbuh subur menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk
melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya
tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati
tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul
melakukan aksi nekat, diapun membulatkan
hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda
sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama
ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya.
Kini sang bidadari itu telah tergeletak
dihadapannya, air matanyapun telah
membasahi wajahnya yang putih bersih itu.
“Lihat aku, cewek bangsat…..!”, hardiknya
seraya memegang kepala Dinda dan
menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”,
jeritnya yang tertahan oleh kain yang
menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun
melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia
telah berhadapan dengan Paul seseorang yang
dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan
tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya
tertawa penuh dengan kemenangan,
“Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku,
gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur
deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya
nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia
menyadari betul akan apa-apa yang bakal
terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia
menyadari betul akan ketidak berdayaan
dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya,
akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati
terhadap Paul.
Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan
baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya
telanjang bulat. Walaupun telah berusia
setengah abad lebih, namun karena
pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul
memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam
legam dan kekar, beberapa buah tatto
menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis
mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai
mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya
memegang batang kemaluannya yang telah
tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah
Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan
wajahnya, namun tangan kiri Paul secepat kilat
mencengkram erat kepala Dinda dan
mengalihkannya lagi persis menghadap ke
batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-
oleskannya batang kemaluannya itu diwajah
Dinda, dengan tubuh yang bergetar Dinda
hanya bisa memejamkan matanya dengan erat
karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan
seperti itu. Sementara kepala tidak bisa
bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh
tangan Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini
sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus
mengoles-oleskan batang kemaluannya
diwajah Dinda, memutar-mutar dibagian pipi,
dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui
batang kemaluannya itu Paul tengah menikmati
kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik !….sekarang
sudah kenal kan dengan kontol gue ini,
seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ?
sekarang kena deh ama kontol gue ini….”,
sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong
tubuh Dinda hingga kembali terjatuh
kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang
tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju
seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya.
Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu
berwarna biru ditutup oleh blazer yang
berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang
berwarna biru seolah semakin membangkitkan
birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap
hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat.
Rambutnya yang panjang sebahu masih
digelung sementara itu topi pramugarinya telah
tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi.
“Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda
ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi
apa perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa
membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh
Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya
yang terikat kebelakang menempel dipunggung
sementara dada dan wajahnya menyentuh
kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini
mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan
olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali
tangannya menyabet bagian itu bagai seorang
ibu yang tengah menyabet pantat anaknya
yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-
usap dan memijit- mijit pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara
tangisannya terus terdengar. Tangisnya
terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-
lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik
terus kebagian paha dan akhirnya menyusup
masuk kedalam roknya hingga menyentuh
kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan
kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup
masuk kecelana dalamnya dan langsung
menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini
membuat badan Dinda agak menggeliat, dia
mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah
Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan
Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit
badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul
masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan
Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti
cacing kepanasan, ketika Paul memainkan
jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda.
Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah
lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan
Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya
merem-melek, mulutnya mengeluarkan
rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang
menyumpal mulutnya itu
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah
beberapa menit lamanya, kemaluan Dindapun
menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul
kemudian mencabut jarinya.
Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya
terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan
keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya
dan celana dalamnya yang berwarna putih itu
ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini
telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda
yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang
tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang
telah membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki
Dinda hingga mengangkang setelah itu
ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh
ke bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang,
tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun
telah basah oleh keringat yang deras
membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap
melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..
”, Dinda menjerit dengan tubuhnya yang
mengejang ketika Paul mulai menanamkan
batang kemaluannya didalam lobang kemaluan
Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit
dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat
sementara Paul terus berusaha menancapkan
seluruh batang kemaluannya. Memang agak
sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun
masih tergolong muda sehingga kemaluannya
masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat
tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh
batang kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu
karena dia menangis merasakan sakit dan pedih
tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun
menyadari bahwa malam itu keperawanannya
akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau
sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan
perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda.
Hujanpun semakin deras, suara guntur
membahana memiawakkan telinga. Karena
ingin mendengar suara rintihan gadis yang
telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang
sejak tadi menyumpal mulut Dinda.
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp
uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang
megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia
malahan langsung menggenjot tubuhnya
memopakan batang kemaluannya keluar
masuk lobang kemaluan Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh
… .”, Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya
digenjot oleh Paul, badannyapun semakin
menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru
badannya yang menggeliat-geliat itu malah
memancing nafsu Paul, karena dengan begitu
otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut
mengurut-urut batang kemaluan Paul yang
tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa
semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu
dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga
Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun
nampak semakin kepayahan karena sekian
lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa
pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan
dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai
setengah tertutup dan hanya bagian putihnya
saja yang terlihat, sementara itu bibirnya
menganga mengeluarkan alunan-alunan
rintihan lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”.
Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang
kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan
cairan kental yang luar biasa banyaknya
memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”,
sambil mengejan Paul melolong panjang bak
srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala
menengadah keatas. Puas sudah dia
menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat
baik itu puas karena telah mencapai klimaks
dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda,
puas dalam merobek keperawanan Dinda dan
puas dalam memberi pelajaran kepada gadis
cantik itu. Dinda menyambutnya dengan mata
yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar
bahwa pasangannya telah berejakulasi karena
disakannya ada cairan-cairan hangat yang
menyembur membanjiri vaginanya. Cairan
kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai
sampai meluber keluar membasahi paha dan
sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua,
mulai menangis namun kini tubuhnya sudah
lemah sekali.
Dengan mendesah puas Paul merebahkan
tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh
itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul
nampak terguncang-guncang sebagai akibat
dari isak tangis dari Dinda yang tubuhnya
tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit
membiarkan batang kemaluannya tertanam
dilobang kemaluan Dinda, kini Paul
mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda.
Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai
Dinda yang terlentang, kemaluannya yang
nampak sudah melemas itu kembali sedikit-
demi sedikit menegang disaat merapat kewajah
Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang,
tangan kanan Paul sekonyong-konyong meraih
kepala Dinda. Dinda yang masih meringis-ringis
dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut
dengan tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat
batang kemaluan Paul yang telah menegang itu
berkedudukan persis dihadapan wajahnya.
Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah
mencekoki mulutnya dengan batang
kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak
namun akhirnya Paul berhasil menanamkan
penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda
seperti akan muntah, karena mulutnya
merasakan batang kemaluan Paul yang masih
basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul
kembali memopakan batang kemaluannya
didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda
memerah jadinya, matanya melotot, sesekali
dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun
Paul dengan santainya terus memompakan
keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali
juga dengan gerakan memutar-mutar.
“Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul
merasakan kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya.
Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya
dibatang kemaluannya. Dan akhirnya,
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..”,
Paul mendesah panjang ketika kembali batang
kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut
Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda
menerimanya, walau sperma yang
dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak
namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda
hingga meluber membasahi pipinya. Setelah
memuntahkan spermanya Paul mencabut
batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan
Dindapun langsung muntah-muntah dan
batuk-batuk dia nampak berusaha untuk
mengeluarkan cairan-cairan itu namun
sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir
masuk ketenggorokannya.
Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan
tetapi kecantikannya masih terlihat, karena
memang kecantikan dirinya adalah kecantikan
yang alami sehingga dalam kondisi apapun
selalu cantik adanya. Dengan wajah puas
sambil menyadarkan tubuhnya didinding
kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda
yang masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan
untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan
kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda
meringkuk dikasur sambil terisak-isak.
Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda
telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil
santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-
ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak
disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto-
foto pribadi milik Dinda, nampak wajah-wajah
cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda
yang anggun dalam pakaian seragam
pramugarinya, nampak cantik juga dengan
baju muslimnya lengkap dengan kontol ketika
foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin
dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik
itu tergolek lemah dihadapannya, setengah
badannya telanjang, kemaluannya nampak
membengkak. Selain itu, ditemukan pula
beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan
lebih serta perhiasan emas didalam laci itu,
dengan tersenyum Paul memasukkan itu
semua kedalam kantung celana lusuhnya,
“Sambil menyelam minum air”, batinnya.
Setelah setengah jam lamanya Paul
bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh
Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang
dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu
dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam
pramugari Dinda satu persatu. Singkatnya kini
tubuh Dinda telah telanjang bulat,
rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang
sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh
Paul sehingga menambah keindahan menghiasi
punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi
keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih,
pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak
terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak
bengkak namun masih terlihat indah menghias
selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak
penuh dengan kepasrahan, badannya kembali
tergetar menantikan akan apa-apa yang akan
terjadi terhadap dirinya.
Sementara itu hujan diluar masih turun dengan
derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam
kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin
itulah yang kembali membangkitkan nafsu
birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya
memberi istirahat kepada batang kemaluannya
kini batang kemaluannya kembali menegang.
Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…
ampuunnn bangg…udah dong….Dinda minta
ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak
memelas memohon-mohon kepada Paul. Paul
hanya tersenyum saja mendengar itu semua,
dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya
tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi
tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu
hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut
Dinda menyentuh lantai sementara dadanya
masih menempel kasur dipinggiran tempat
tidur, Paulpun berada dibelakang Dinda dengan
posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu
kembali direntangkannya kedua kaki Dinda
selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”,
Dinda melolong panjang, badannya mengejang
dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul
menanamkan batang kemaluannya didalam
lobang anus Dinda.
Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah
selangkangannya, dengan agak susah payah
kembali Paul berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus Dinda.
Setelah itu tubuh Dindapun kembali disodok-
sodok, kedua tangan Paul meraih payudara
Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam
lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang
lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata
merem-melek serta tubuh tersodok- sodok
Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas oleh kedua
tangan Paul. Paul kembali merasakan akan
mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat
kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari
lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda
itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat
kilatpula dia yang kini berada diatas tubuh Dinda
menghujamkan batang kemaluannya kembali
didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh……”, Dinda
merintih dikala paul menanamkan batang
kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul
memompakan kemaluannya didalam liang
vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…
CROOTT…”, kembali penis Paul memuntahkan
sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan
Dindapun terjatuh tak sadarkan diri.
Fajar telah menjelang, Paul nampak
meninggalkan kamar kost Dinda dengan
tersenyum penuh dengan kemenangan,
sebatang rokok menemaninya dalam
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan lembaran
uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan
terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik
imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal
dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil
menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan
urusannya lagi.