cerita sex ,tukar pasangan

Cerita Sex 17plus - Awalnya aku hanya
iseng mengobrol mengisi waktu luang di
waktu jam istirahat, Namun lama-kelamaan
Dewi salah satu staffku yang agak manis
malah penasaran dan bertanya lebih jauh
tentang orgasme. Ya sebuah misteri yang
kelihatannya mudah namun susah
diungkapkan.
Memang banyak sekali wanita yang belum
sadar akan arti pentingnya sebuah
orgasme, bahkan menurut penelitian hanya
30% wanita yang dapat meraih orgasme,
banyak hal-hal yang mempengaruhi wanita
dalam meraih orgasme, baik dari faktor si
wanitanya ataupun dari faktor prianya atau
bahkan dari suasana, perasaan, dll.
Termasuk Dewi salah satu staffku ini,
selama menikah 2 tahun lalu, dia belum
tahu apa itu orgasme, yang dia tahu hanya
rasa enak saat penis suaminya memasuki
kewanitaannya, Dan berakhir saat penis
suaminya menyemprotkan cairan hangat
kedalam kewanitaannya.
Aku hanya geleng-geleng kepala
mendengar ceritanya, lalu aku korek lebih
jauh tentang perasaan, foreplay, gaya,
waktu, dan lain-lain tentang hubungannya
dengan suaminya, Dengan malu-malu
Dewi pun menceritakan dengan jujur
bahwa selama ini memang dia sendiri
penasaran dengan apa yang namanya
orgasme namun dia tak tahu harus
bagaimana, yang jelas saat berhubungan
dengan suaminya dia cukup foreplay,
bahkan suaminya senang mengoral
kewanitaannya sampai banjir, dan selama
penis suaminya masuk sama sekali tidak
ada rasa sakit, yang ada hanya enak saja
namun tidak bertepi, rasanya
menggantung tidak ada ujung, dan tahu-
tahu sudah berakhir dengan keluarnya
sperma suaminya ke dalam
kewanitaannya.
"Kira-kira berapa lama penis suami kamu
bertahan dalam kewanitaan kamu?"
tanyaku.
"Mungkin sekitar 10 menit" jawabnya pasti.
"Gaya apa yang dipakai suami kamu?"
"Macam-macam, Pak, malah sampai
menungging segala"
Aku hanya tersenyum mendengar
jawabannya yang polos.
"Kira-kira berapa besar penis suami kamu?"
"Berapa ya?, saya tidak tahu Pak!" jawabnya
bingung.
Akupun jadi bingung dengan jawabannya,
tapi aku ada tidak kekurangan akal.
"Waktu kamu genggam punya suami
kamu pakai tangan, masih ada lebihnya
tidak?"
Dewi diam sejenak, mungkin sedang
mengingat-ingat.
"Kayanya masih ada lebih, pas kepalanya,
Pak!"
Aku tak dapat menahan senyumku.
"Maksud kamu, 'helm'nya masih nongol?"
"Ya!" Dewipun tersenyum juga.
Aku suruh tangannya menggenggam, aku
pandangi secara seksama tangannya yang
sedang mengepal, yang berada dalam
genggamanku, sungguh halus sekali,
Namun aku sadar bahwa aku ditempat
umum.
"Aku perkirakan penis suami kamu
berukuran 10-14 cm, berarti masih normal,
Wi!"
"Bagaimana dengan kekerasannya?"
tanyaku lagi.
"Keras sekali, Pak, seperti batu!"
Aku diam sejenak mencoba berfikir tentang
penghambatnya meraih orgasme, sebab
dari pembicaraan tadi sepertinya tidak ada
masalah dalam kehidupan seksnya, tapi
kenapa Dewi tidak bisa meraih
orgasmenya?
"Kok diam Pak?"
"Aku lagi mikir penyebabnya."
"Apa mungkin masalah lamanya, Pak?
Sebab sepertinya saya sedikit lagi mau
mencapai ujung rasa enak, tapi suami saya
keburu keluar" terangnya.
Aku diam sejenak, mencoba mencerna
kata-katanya, tapi tak lama Dewi sendiri
membantahnya.
"Tapi, tidak mungkin kali, Pak, sebab
biarpun kadang lebih lama dari sepuluh
menit, tapi tetap saya merasa hampir di
ujung terus, tanpa pernah terselesaikan."
Aku sedikit mengerti maksudnya,
"Maksud kamu, kalau 10 menit kamu
maunya semenit lagi? Namun kalau 12
menit atau 15 menit pun kamu maunya
tetap semenit lagi?" tanyaku.
"Ya, betul, kenapa ya Pak?"
Aku kini mulai mengerti posisi sebenarnya,
kemungkinan besar ada titik dalam
vaginanya yang belum tersentuh secara
maksimal, Itu kesimpulan sementara,
Namun aku belum sempat mengucapkan
apa-apa, keburu jam istirahat kerja habis.
"Ya udah Wi, nanti kita terusin via SMS,
oke?"
"Oke deh!" sahutnya riang sambil
meninggalkan aku.
Di meja kerjaku, aku kembali memikirkan
benar-benar masalah yang Dewi hadapi,
sebenarnya ada niat untuk memanfaatkan
kesempatan dalam kesempitan, karena
setelah aku pikir-pikir Dewi punya kelebihan
di Buah dada dan pantatnya yang besar
juga kulitnya yang bersih dengan bulu-bulu
halus, Namun Dewi akrab dengan istriku,
dan aku sendiri kenal sudah lama
dengannya dan suaminya, ini yang jadi
masalah, Lama aku berfikir, akhirnya aku
putuskan untuk mencoba menolongnya
semampuku tanpa mengharapkan apapun
darinya, Aku yakin aku bisa membantunya
berbekal pada pengalamanku selama ini.
Aku kirim SMS kepadanya, "Wi, Sepertinya
masalah kamu agak kompleks, Kalau
sempat, bisa tidak nanti pulang kerja kita
cari tempat yg enak utk mengobrol?"
5 menit aku tunggu belum ada jawaban
juga, Aku jadi tegang sendiri, jangan-
jangan dia marah, karena aku dianggap
kurang ajar, Tapi untunglah tak lama HPku
bergetar 2x pertanda SMS masuk, Aku
langsung lihat pengirimnya Dewi, aku baca
isinya.
"Boleh, tapi jangan di tempat sepi ya.., kata
nenek itu berbahaya"
Aku tersenyum membaca balasannya yang
sedikit bergurau, lalu aku balas kembali,
"Wi, jangan salah tangkap ajakanku ya..
aku cuma tidak enak saja kalau kita terlalu
mencolok, karena kamu istri orang & aku
suami orang juga"
Singkat kata Pukul 5 sore kami janjian
ketemu di sebuah rumah makan yang
nyaman di daerah Jakarta timur, Suasana
rumah makan yang agak temaram
menambah rileks obrolan kami, Sambil
makan kami melanjutkan obrolan kami
yang tadi siang, Aku utarakan kesimpulan
sementaraku bahwa ada kurang sentuhan
di area vaginanya, aku sarankan agar nanti
malam mencari titik tersebut dan jika sudah
ketemu aku suruh Dewi meminta kepada
suaminya untuk menekan lebih kuat saat
hubungan intim, Dewi mengangguk
mengerti.
"Menurut Bapak, apakah body saya cukup
bagus?"
Tiba-tiba saja Dewi bertanya seperti itu. Aku
kaget mendengarnya, berarti kemungkinan
Dewi kurang percaya diri dengan
tubuhnya, dan menurut yang aku tahu ini
sangat berbahaya untuk meraih orgasme.
"Wi, dalam sebuah hubungan intim, Jangan
merasa body kamu jelek atau vagina kamu
tidak wangi atau buah dada kamu jelek atau
apa saja yang menurut kamu negatif, itu
faktor yang sangat penting dalam meraih
orgasme, Ingat Wi, kalau tubuh kamu tidak
bagus kan tidak mungkin suami kamu mau
mencumbu kamu, dan mau berhubungan
dengan kamu!"
"Justru kamu harus berfikir bahwa wajah
dan tubuh kamu sangat bagus, buktinya
suami kamu minta melulu, kan?"
"Tapi, saya tidak nyaman dengan perut
saya yang tidak ramping"
"Wi, yang lebih gendut dari kamu banyak,
ingat itu, lagian menurutku perut kamu
tidak terlalu gendut, Biasa saja!" jawabku
tegas.
"Pokoknya malam ini, kamu coba untuk
menghilangkan rasa tidak percaya diri
kamu, dan saat ada sentuhan nikmat yang
kamu bilang tidak berujung, suruh suami
kamu menekannya lebih kuat, itu saja dulu,
besok aku tunggu kabarnya!"
Aku jadi terkesan menyuruh, mungkin
karena dikantor Dewi bawahanku, sehingga
menjadi kebiasaan. Karena waktu sudah
menunjukan jam 19.00 kami pun pulang ke
rumah masing-masing, aku antar Dewi
sampai tempat dia biasa menunggu
angkot.
Keesokan paginya, Aku baru saja ngopi dan
HP baru aku aktifkan, Sudah ada pesan dari
Dewi, bunyinya singkat, "Belum berhasil,
Pak!".
Aku lihat dikirim jam 23.10 malam, berarti
kemungkinan Dewi mengirimnya saat baru
selesai berhubungan dengan suaminya.
Sampai dikantor aku baru membalas
SMSnya.
"Memang kenapa?"
Tak lama Dewi pun membalasnya.
"Tidak tahu kenapa, apa nanti sore kita bisa
ketemu lagi, Pak?, saya merasa nyaman
mengobrol dengan Bapak."
Aku berfikir tentang arti pesannya, Apakah
dia mengajakku selingkuh? Atau hanya
perasaanku saja? Atau memang dia hanya
ingin mengobrol saja? Sebagai lelaki jelas
aku tidak mungkin menampiknya, Sorenya
kami janjian di tempat yang kemaren, dan
ungkapan Dewi yang jujur sangat
mengagetkanku.
"Pak, terus terang, keinginan saya untuk
meriah orgasme jadi tambah kuat, tapi
herannya malah saya inginnya dari Bapak,
Entahlah saya yakin sekali saya bisa
meraihnya bersama Bapak"
Jantungku terasa berhenti berdetak
mendengarnya, belum selesai aku
menenangkan pikiranku, Dewi kembali
melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi bukan berarti saya ingin berhubungan
dengan Bapak lho, saya hanya ingin tahu
kenapa perasaan saya begini?"
Aku hanya diam, namun aku mengambil
kesimpulan dalam hati bahwa
kemungkinan Dewi terkesan dengan aku
karena aku atasannya, bisa saja dia tanpa
sadar kagum dengan cara kerjaku, atau
apalah yang berhubungan dengan
pekerjaan, Karena kalau secara fisik tidak
mungkin, jauh lebih ganteng dan atletis
suaminya dari pada aku.
Namun hal ini tidak aku ungkapkan
kepadanya.
Suasana hening diantara kami beberapa
saat, tapi tiba-tiba saja tangan Dewi meraih
tanganku,
"Pak." Hanya itu yang keluar dari mulutnya
Tatapan mata kami beradu, Aku melihat
ada gairah disana, Aku balas meremas
jarinya, Sentuhan halus kulitnya terasa
menimbulkan percik-percik gairah di antara
kami, Akhirnya aku beranikan diri untuk
mengajaknya,
"Wi, Bagaimana kalau kita diskusi langsung
dengan praktek untuk meraih orgasme
kamu?" suaraku terasa agak bergetar,
mungkin agak canggung.
"Terserah Bapak deh" jawabnya manja
sambil mencubit tanganku.
Pucuk dicinta ulampun tiba, aku segera
membayar makanan kami dan langsung
menuju hotel, sepanjang jalan ke hotel, jari-
jari kami saling bertaut mengantarkan
kehangatan ke jiwa kami, Dan setelah
sampai di kamar hotel yang asri, Kami
lamgsung mulai.. Meskipun awalnya agak
canggung, Namun akhirnya kami dapat
menikmati semuanya,
Masih dalam keadaan berpakaian, aku
memeluk tubuh Dewi yang padat, bibir
kami saling melumat lembut, kadang lidah
kami saling kait dan saling dorong,
sehingga gairah di dada kami semakin
membuncah, Satu per satu pakaian kami
bertebaran dilantai, seiring dengan nafsu
kami yang semakin menggebu, Kini
Seluruh organ tubuhku bekerja untuk
memenuhi hasrat Dewi, aku rebahkan
tubuh mulusnya di ranjang, sungguh
pemandangan yang indah dan
mendebarkan, dengan kulit tubuh yang
putih bersih kontras dengan bulu-bulu
halus dipermukaan kulitnya apalagi di
kemaluannya yang begitu lebat
menghitam. Aku langsung mengelus buah
dadanya yang padat dengan lembut,
sementara mulut dan lidahku menciumi
dan menjilati centi demi centi tubuhnya
tanpa terlewati,
"Tubuh kamu bagus sekali, Wi!" Aku
mencoba memberinya rasa percaya diri.
Sementara Jilatanku sudah sampai pada
vaginanya, aku sibakkan bulunya dengan
lidahku, aku kemut lembut klitorisnya,
kadang lidahku menusuk langsung
vaginanya, Jari-jariku ikut membantu
memberi kenikmatan dengan memilin-milin
puting buah dadanya yang semakin
mencuat, Sehingga membuat Dewi
mengerang dalam nikmat, Sementara Dewi
pun tidak tinggal diam, dia balas mengelus
dadaku, kadang ujung dadaku di pilinnya,
Tangan yang satunya lagi meremas-remas
dan mengocok senjataku sehingga semakin
meregang kaku dalam genggamannya,
Yang aku yakin berdasarkan ceritanya pasti
punyaku lebih besar dari pada punya
suaminya, Gairah yang membuncah
didadaku membuat aku lupa bahwa aku
punya tugas untuk mengantarnya meraih
orgasme.
Tubuh kami berguling-guling dikasur saling
memberikan rangsangan dan kenikmatan,
hingga akhirnya Dewi sendiri yang tidak
tahan dan mengambil inisiatif, dia langsung
mengangkangi tubuhku, dan langsung
memegang senjataku untuk dibimbing
kedalam liang surganya, Perlahan, centi
demi centi, senjataku memenuhi rongga
vaginanya berbarengan dengan rasa
nikmat dan hangat disenjataku,
Cengkraman vaginanya yang begitu kuat
terasa mengurut senjataku, Dewi terus
menggoyangkan pantatnya yang bulat
padat, Tanganku memilin kedua putingnya,
butir-butir keringat mulai membasahi tubuh
kami berdua, tak lama Dewi berteriak
histeris dan menggigit pundakku, tubuhnya
mengejang kaku, dan wajahnya agak
memerah melepas orgasmenya,
Aku berhasil mengantarnya meraih
orgasme, Tubuhnya diam sejenak diatas
tubuhku.
"Terima kasih, Pak" ia mencium keningku.
"Saya masih mau lagi" ucapnya serak.
Sungguh diluar dugaan, mungkin karena
baru kali ini dia meraih orgasme, Dewi
begitu liar, hanya beberapa detik, tubuhnya
mulai bergoyang diatas tubuhku, Dan
anehnya lagi, Hampir disetiap gaya Dewi
bisa meraih orgasmenya begitu cepat,
Mungkin ada 6 kali dia sudah orgasme tapi
dia belum puas juga, sementara aku sendiri
bersusah payah menahan orgasmeku, Aku
benar-benar ingin memuaskan dahaganya,
Apalagi saat gaya doggy, sambil meremas
buah pantatnya yang bulat, aku benar-
benar tak kuat lagi menahan semprotan
dalam spermaku, sentuhan buah pantatnya
di pangkal senjataku menambah sensasi
tersendiri.
"Wi, aku mau keluar, di dalam atau di luar?"
sambil aku mempercepat kocokanku.
"Di dalam aja Pak, cepat sodok yang kuat!"
erangnya.
Akhirnya Seluruh tubuhku bagai tersetrum
nikmat, aku melepas orgasmeku,
menyemburkan cairan hangat ke dalam
kemaluan Dewi yang telah basah
berbarengan dengan kedutan-kedutan kecil
hangat dari dalam liang vagina Dewi.
Yah, kami orgasme berbarengan, Sungguh
nikmat sekali.
Waktu sudah menunjukan pukul 9 malam,
namun Dewi kelihatannya belum puas
juga, aku sampai bingung sendiri, biasanya
istriku sekali orgasme tidak bisa lagi
orgasme, Namun memang pernah aku
baca ada wanita yang seperti Dewi.
Akhirnya waktu jualah yang harus
memisahkan kami, kembali ke kehidupan
nyata, Aku dengan istriku dan Dewi dengan
suaminya, Namun sejak saat itu hubungan
kami semakin hangat membara, Ada satu
kelebihan Dewi yang tidak bisa aku lupakan,
Vaginanya sangat mencengkram meskipun
sudah puluhan kali kami berhubungan,
Pernah aku Tanya katanya dia sering
minum jamu, Dan Dewi sendiri pun jelas
sangat membutuhkan orgasme dariku,
Karena terakhir cerita dia belum bisa meraih
dengan suaminya, entahlah sampai kapan..
TAMAT

1 komentar: